Sabtu, 20 Oktober 2012

Peduli Betapa Sangat Berarti

Sunday 1.10 PM  Taikoo Shing  HKSAR

 Oleh : Deva del Amor.



      Minggu yang cerah, seperti biasa waktu libur setelah seminggu  tenaga diperas untuk berkerja. Dan kali ini, minggu begitu nikmat dan indah, mungkin keindahan  berasal dari cuaca dan hati. Sehabis bangun pagi, rutinitas berlangsung seperti minggu-minggu sebelumnya. Mandi dan berangkat keluar jalan.

     Taikoo Shing nampak begitu indah, angin yang semilir menembus gedung-gedung pencakar langit yang terletak di sekitar apartemen yang aku tempati. Cuaca dingin membuka salam untuk kembali hadir singgah di bulan-bulan ini dan empat bulan ke belakang. Alhamdulillah, setelah belasan tahun tinggal di kota  di negara yang membesarkan aku selama ini, semua berjalan lancar dan nikmat. Terima kasih yang tiada terkira  yang selalu terucap dari bibirku setiap kali.

     Semua peralatan  telah siap, waktu telah hampir jam 10, siang. Sedangkan si boss sudah ramai  , riuh dengan anak semata wayangnya, jengkel karena kenakalannya. Aih , suara yang menjadi musik setiap hari di keluarga yang aku tempati saat ini. Beruntung, meski si bos, di rumah, ia begitu menghargai waktuku, waktu liburku dan keadaanku pula. Si bos yang cantik selain baik,  dia orang kedua yang  menjadi majikan terbaikku selain wanita pertama yang menjadi bosku yang baik hati.

   Keluar rumah,  seperti biasa , kunci yang menjadi hal yang penting bagiku untuk setiap hari . Sebelum keluar menutup pintu, kunci harus menjadi awal yang aku perhatikan , agar saat pulang , ia bisa  membebaskan aku dari tertutupnya pintu.

   Taikoo Shing, sudah nampak begitu ramai, meski di hari  minggu, banyak dari teman-teman sebangsa yang sedang libur dan masyarakat penduduk asli,  menikmati beraktftas, mereka tak  membedakan hari, meski tanggal menunjukan merah pertanda berhenti ( libur).  Sambil berjalan kaki terus melangkah hingga sampai di jalan raya di mana, bisa mendapatkan transfortasi  untuk pergi ke pusat kota, menuju tempat di mana saudara seperjuangan berkumpul. Perpustakaan Coswaybay, itu yang menjadi tujuan utamaku hari ini.

    Tram, telah berada di depanku setelah menunggu selang 5 menit. Aku lebih suka menaiki kendaraan ini dibanding yang lain, selain hemat, juga nikmat dalam arti  bisa melihat lebih dekat pemandangan setiap sudut kota, karena jendela yang terbuka penuh dan jalan dari kereta  ini, yang pelan dan terarah lurus mengikuti  jaringan kabel yang menarik di atas kepalanya.

   Penumpang begitu banyak, sebagian besar dari mereka  saudari-saudariku seperjuangan, Mbak-Mbak yang kebetulan juga akan  menghabiskan waktunya untuk liburan, mereka ada yang duduk, ada pula yang berdiri, bergabung  berbaur menjadi satu dengan orang asli dan asing. Termasuk aku diantaranya.

   Aku lebih memilih di dekat pintu keluar, dibanding duduk di kursi, mungkin karena lebih mudah untuk melangkahkan kaki  turun jika telah sampai di tempat tujuan, juga akan mempernyaman  diriku dari desak-desakan dengan mereka yang berdiri atau yang sedang duduk. Kebetulan , sambil berjalan, sambil dengar musik dan  membuka facebook , berinteraksi melalui jempol dan komen dengan teman-teman di alam sana. Senyum sendiri kadang, tertawa sendiri juga kadang, bahkan mungkin akan spontan berkata sendiri bila melihat tulisan dari status yang aneh lucu dan mengelitik 6_^. Tapi masih selalu  menerapkan keseimbangan agar tidak mengganggu orang yang ada di sekitarku.

    Tiba-tiba riuh, terdengar, dari arah depan , selangkah lebih dekat denganku berdiri orang tua , yang cukup tua. Mungkin berusia 70 an. Ia melangkah tertatih mendekat ke kotak uang yang biasanya para penumpang hampiri sebelum  turun dari Tram. Kotak bayar itu , hanya bisa dimasuki uang receh, untuk ongkos para penumpangnya. Dan bapak tua itu kelihatan kebingungan dengan uang receh yang ia sendiri kelupaan di mana ia menaruhnya.  Rogoh tas yang  disampirkan di pundaknya sebelah kanan  dan tangan sebelah kiri , menyanggah tongkat  yang membantunya untuk berjalan. Ia kebingungan. Tapi di belakangnya ribut mempermasalahkannya.

    "  Iaiyaaa...., cepatlah!, sudah tau tangan dan kaki lambat, kenapa tidak dari tadi uang disediakan sebelum keluar untuk turun!" Suaranya lantang terdengar, nada  jengkel umpatan mengiringi,wanita muda yang antri dibelakang bapak tua itu. Aku yang sebelumnya enjoy dan  menikmati perjalanan di hari liburku , berubah muram. Mungkin karena melihat dan mendengar ucapan tadi , menyaksikan bapak tua yang tua, dan mendengar ocehan dan omelan wanita muda yang muda. Jadi berfikir dan  membayangkan masa tua, bila kelak tangan kaki, dan gerak sudah tidak seenergik lagi, apakah yang muda  akan  memberi perhatian dan peduli?  Mungkinkah sama dengan bapak tua itu. Sakit dan sedih sekali bila memperhatikan  dan merasakannya. Tua menakutkan!

      Tua, mungkin  sebagian dari kita tidak peduli, tapi tua dari kita semua akan  menikmati, akan datang waktu  dan semua tidak bisa mengelak dan menjauhinya, seiring bertambahnya usia. Masa tua itulah , masa di mana kita butuh bantuan, masa di mana kita juga perlu  kepedulian, dan di mana  keadaan dan waktu tidak lagi memberi peluang untuk berkreasi. Kita butuh pertolongan dan bantuan. Pasti yang kita harapkan  adalah orang lain disekitar kita, berharap perhatian , kepedulian dan kasih sayang.  Kita  membutuhkan semua itu kelak di saat tua.  Mungkin dengan cara  berbuat baik yang dimulai saat muda itu satu-satunya jalan.  Berharap jika tua gantian ada orang yang mau berbuat baik juga pada diri kita.

Bila tidak kita lakukan dari sekarang saat kita masih muda , lalu kapan lagi? Kata sebuah pepatah, menanam baik akan tumbuh baik kelak, menanam susah akan tumbuh susah kelak, lalu apakah bapak tua tadi masa mudanya tidak menanam kebaikan? Entah, atau mungkin jaman telah merubah kepedulian yang semakin lama semakin berkurang, digerus oleh ego dan kemoderenan?  Mungkin. Yang pasti, sebelum semua terjadi dan semua berubah menjadi tua, waktu mudalah waktu yang tepat untuk berbekal menuju itu, mulai dari sekarang,menanam kasih sayang dan kebaikan, agar kelak tua mendapat  berkah-Nya dengan kebaikan dan kepedulian.

      Semoga suatu hari kelak di masa tua, keluarga , anak, dan orang sekitar kita punya kasih dan kepedulian kepada diri kita . Semoga Tuhan selalu memberi yang terbaik dalam menjalani kehidupan ini, selalu belajar dari waktu dan selalu  melihat dari segala sesuatu  untuk bekal perjalanan menuju hari itu. Tua.



 Salam sayang ! Dari  Deva ^__^, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.